Merasakan kesedihan yang amat sangat mendalam. Merasa terpuruk dan sendiri. Pernahkah kalian hidup diantara orang – orang yang menganggap kalian sebuah “virus” yang mematikan? Salah satu yang aku sebutkan tadi, mungkin kalian pernah ngerasain. Merasakan kesedihan yang mendalam, merasa terpuruk dan sendiri, serta dianggap sebagai “virus” oleh orang lain sebenarnya itu semua saling berhubungan. Aku sendiri pernah ngalamin semua itu. Aku merasakan kesedihan karna aku merasa sendiri dan terpuruk. Dianggap sebagai “virus” oleh orang lain. Aku sedih, tak seorang pun ingin berdekatan denganku. Aku sedih, aku merasa sendiri dan terpuruk. Namun aku masih bisa tersenyum, tertawa bahagia di depan mereka yang membenciku. Aku tak ingin menunjukan kelemahanku didepan mereka. Aku tak ingin mereka bahagia karena melihat aku jatuh seperti ini. walaupun sebenarnya aku sedih, aku hancur. Keadaanku seperti ini membuatku memutuskan untuk tidak mudah percaya dengan orang, pendiam, dan tetap tenang meskipun kata “sabar” sudah diujung tombak.
“Apa penyebabnya mereka seperti itu?” sudah beribu – ribu kali pertanyaan itu hinggap di pikiranku. Tanpa alasan, aku tak bisa memperbaiki diri. “yang salah cara berpikirku atau cara berpikir mereka?” banyak pertanyaan tanpa jawaban melintas dipikiranku. Aku sendiri membutuhkan jawaban itu. Aku mulai berpikir. Aku memang tidak pintar seperti mereka, aku memang tidak “gaul” seperti mereka. Fashionable? Bukan aku sama sekali. Ya, sekarang aku tau alasannya. Karna aku berbeda dengan mereka. Cara berpikirku yang berbeda. Mereka dengan cinta, “gaul”, modis, pintar, dan “Kaya” sedangkan aku berlatar belakang yang jauh berbeda dengan mereka. Cinta? Aku tak mengenal kata itu sebelumnya. Modis? Mungkin kata itu memang sangat tak pantas untukku. Pintar? Aku memang banyak memiliki prestasi, tapi itu gak menjamin aku pinter. Kaya? Ayah dan ibuku hanya seorang pegawai swasta yang harus memenuhi kebutuhan 3 orang anaknya.
Mungkin banyak perbedaan itulah yang menyebabkan aku selalu merasa terpuruk. Aku sendiri yang membuat keadaan ini semakin sulit. Aku sendiri yang membuat diriku hancur dan sakit. Aku sendiri yang menyebabkan seorang teman pun tak ada. Karna aku. Ya aku. Aku yang selalu rendah diri. tak bisa berpikir positif tentang suatu hal. Aku yang selalu merasa bahwa aku sangatlah berbeda. Aku yang merasa bahwa orang – orang menggapku virus.
“Apa penyebabnya mereka seperti itu?” sudah beribu – ribu kali pertanyaan itu hinggap di pikiranku. Tanpa alasan, aku tak bisa memperbaiki diri. “yang salah cara berpikirku atau cara berpikir mereka?” banyak pertanyaan tanpa jawaban melintas dipikiranku. Aku sendiri membutuhkan jawaban itu. Aku mulai berpikir. Aku memang tidak pintar seperti mereka, aku memang tidak “gaul” seperti mereka. Fashionable? Bukan aku sama sekali. Ya, sekarang aku tau alasannya. Karna aku berbeda dengan mereka. Cara berpikirku yang berbeda. Mereka dengan cinta, “gaul”, modis, pintar, dan “Kaya” sedangkan aku berlatar belakang yang jauh berbeda dengan mereka. Cinta? Aku tak mengenal kata itu sebelumnya. Modis? Mungkin kata itu memang sangat tak pantas untukku. Pintar? Aku memang banyak memiliki prestasi, tapi itu gak menjamin aku pinter. Kaya? Ayah dan ibuku hanya seorang pegawai swasta yang harus memenuhi kebutuhan 3 orang anaknya.
Mungkin banyak perbedaan itulah yang menyebabkan aku selalu merasa terpuruk. Aku sendiri yang membuat keadaan ini semakin sulit. Aku sendiri yang membuat diriku hancur dan sakit. Aku sendiri yang menyebabkan seorang teman pun tak ada. Karna aku. Ya aku. Aku yang selalu rendah diri. tak bisa berpikir positif tentang suatu hal. Aku yang selalu merasa bahwa aku sangatlah berbeda. Aku yang merasa bahwa orang – orang menggapku virus.
Sekarang aku hidup tanpa menoleh orang lain. Aku hidup dengan caraku sendiri. Walaupun caraku tak dimengerti oleh orang lain. Ingat 1 hal guys “orang lain kayak gtu pasti ada sebabnya. Lihat diri sendiri dulu, baru semua akan jelas penyebabnya. Jangan terpuruk. Lihat diri baik - baik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar